Wednesday, May 9, 2012

Bagaimana menghitung strategic buffer dengan menerapkan Replenish Pull

Konsep Replenish pull dalam Lean diaplikasikan jika kondisi waktu yang dibutuhkan untuk delivery leadtime lebih pendek dibandingkan waktu untuk replenish. Delivery leadtime adalah waktu yang dibutuhkan oleh customer buat pihak manufacture untuk mengirim produk sesuai order. Dimana leadtime ini akan tergantung dari expected customer delivery atau kesepakatan antara kedua pihak.

Sedangkan waktu untuk replenish tergantung dari process leadtime yang dibutuhkan untuk mengisi stock dengan membuat produk. Process leadtime tidak hanya tergantung dari waktu proses murni tetapi juga termasuk waktu tunggu dari material antri sebelum diproses. Process leadtime didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan mulai raw material masuk ke proses produksi sampai keluar menjadi finished good. Sesuai teori antrian dari Little's law bahwa process leadtime bisa didekati dengan fungsi dari jumlah WIP (work in progress) terhadap exit rate (kecepatan dari process dalam satuan unit/waktu)

Setelah diketahui PLT (process leadtime) versus DLT (delivery leadtime) maka bisa diputuskan apakah akan digunakan pendekatan konsep Replenish Pull (PLT > DLT) atau Generic Pull (PLT < DLT). Ilustrasi sederhana untuk membayangkan konsep ini adalah orang yang berjualan rendang di restoran padang. Untuk memasak rendang dibutuhkan waktu 8 jam (ilustrasikan sebagai PLT). Sedangkan pelanggan nggak mungkin bersedia menunggu selama itu (ilustrasikan sebagai DLT). Sehingga konsep Replenish Pull lebih sesuai untuk kasus ini dibandingkan konsep Generic Pull

Replenish pull secara umum sesuai untuk kondisi environment yang beragam, kecuali jika manufacturing memproduksi barang dengan design yang berbeda dan tidak bersifat repetitif, sehingga pendekatannya adalah engineer to order

Untuk menerapkan replenish pull, maka perlu dipasang strategic buffer yang paling optimal sehingga memenuhi service level yang dijanjikan dan pada saat yang bersamaan tidak memiliki inventory yang berlebih. Sehingga konsep Just in Time bisa dipenuhi yaitu right product at the right quantity at the right time

Strategic buffer dibentuk dari elemen PLT stock dan Safety Stock. Pertama harus dipelajari trend dari Demand. Bisa didapat dari historical demand, forecast demand, dan look up demand. Dari data ini bisa dihitung rata-rata demand dan variasinya dalam standard deviasi

PLT stock dihitung berdasarkan PLT dari proses terhadap Demand. Contohnya: PLT adalah 3 hari dengan rata-rata Demand 100 unit / hari, maka PLT stocknya adalah 300 unit.

Safety Stock (SS) dipasang untuk memenuhi service level yang dijanjikan dengan cara mengamankan variasi dari demand dan variasi dari proses. Service level adalah probability bisa dipenuhinya demand dengan fluktuasi yang ada. Semakin tinggi service level maka stock akan semakin besar. Service level harus ditentukan dan disepakati. Hal ini umumnya sesuai dengan ABC analysis berdasarkan total value dari customer order

SS untuk handle variasi demand adalah fungsi dari service level Z, standard deviasi dari demand, dan PLT. Service level Z dihitung secara statistik dengan pendekatan distribusi Z. Misalkan service level yang diinginkan 95% maka service level Z nya adalah 1.64.

Sedangkan SS untuk handle variasi dari proses adalah fungsi dari kemungkinan loss dari proses misalkan terjadi defect. Misalkan kemungkinan loss 5% maka faktor ini dikalikan terhadap PLT.

Diluar PLT dan SS, ada juga perlunya membuat stock untuk CTI. CTI adalah Cycle Time Interval, stock ini dibutuhkan karena setiap line produksi memiliki beberapa model produk untuk dijalankan. Misalkan line tersebut running model A, B, dan C dengan batch size tertentu dimana model A akan running lagi setelah interval 3 hari lagi.

Setelah strategic buffer ditentukan maka sistem replenish sudah siap dijalankan. Strategic buffer ini bisa dibagi dengan jumlah kanban yaitu berdasarkan standard quantity dari container. Misalkan strategic buffer jumlahnya 300 pcs sedangkan standard quantity per container adalah 50 pcs, maka jumlah kanban adalah 300 pcs/ 50 pcs = 6 kanban. Kanban ini dipasang ditiap bin container.

Cara kerjanya adalah setiap bin berisi container diambil, maka kartu akan menjadi trigger untuk schedule produksi. Beberapa bentuk dari implementasi pull system (tergantung dari lokasi demand-supply) yaitu:  2 bin container, empty space, kanban, atau electronic signal