Wednesday, April 11, 2018

Lean di perusahaan Startup



            Lean pertama kali diperkenalkan di industri manuf oleh perusahaan Toyota dengan membawa konsep menghilangkan aktivitas non value added disepanjang bisnis proses. Lean berhasil menciptakan system produksi yang sangat efisien sehingga kinerja perusahaan meningkat drastis baik dalam hal kualitas produk yang unggul, pengiriman tepat waktu, dan biaya yang rendah. 

Konsep ini kemudian diadopsi di banyak industri lain dan membawa kesuksesan besar serta menjadi best practice. Lean kemudian dimodifikasi untuk diimplementasikan di industri perbankan, insurance, serta industri jasa lainnya, dan membawa dampak luar biasa bagi peningkatan produktivitas dan pertumbuhan bisnis. 

Kemudian ada pertanyaan apakah prinsip Lean ini juga dapat di implementasikan di perusahaan startup khususnya teknologi?  
            
Fakta bahwa dari 10 startup yang dibuat akan ada 9 startup yang gagal dan tutup, maka diperlukan prinsip yang benar dalam mengelola startup supaya dapat bertahan hidup. Hal ini mengencourage para startup founder untuk lebih pintar dalam membuat produk yang memang benar-benar dibutuhkan oleh pelanggan.

            Lean Startup adalah metodologi yang digunakan oleh startup dalam mendevelop produk dan bertujuan untuk mempercepat time to market, dengan  menghilangkan waste sehingga memenuhi customer demand dengan less resources

Lean startup diperkenalkan oleh Eric Ries yang menceritakan pengalamannya dalam mengimplementasikan Lean management di industry startup. Dengan pengalaman dari beberapa startup yang gagal dan yang berhasil, sehingga dia bisa menyimpulkan suatu “secret recipe” bagaimana supaya perusahaan startup mampu bertahan hidup dan sukses dalam menumbuhkan bisnisnya.
            
Lean startup metodologi didasarkan pada konsep Lean manufacturing yang berfokus pada mempercepat leadtime end-to-end proses mulai dari customer order sampai product delivery. Prinsip Lean menekankan pada pentingnya pemahaman value add berdasarkan apa yang customer inginkan, kemudian membuat value stream proses, membuat value tersebut mengalir seperti ban berjalan, menciptakan mekanisme pull dari customer untuk menggerakkan proses, kemudian mengulangi secara terus menerus proses improvement ini untuk menuju kesempurnaan. Prinsip yang sama digunakan dalam Lean startup.
            
Konsep pertama yang ditekankan adalah minimum viable product, bahwa sangat penting untuk benar-benar memahami apa yang diinginkan oleh customer. Untuk menguji hipotesa kita bahwa ide yang dimanifest ke bentuk produk memang diinginkan oleh customer. Semakin cepat waktu dalam mendeliver produk maka kita akan mendapat feedback lebih cepat, dan pelajaran ini dapat digunakan untuk memperbaiki produk berikutnya. Suara pelanggan menekankan pada kemampuan dalam memprioritaskan apa yang customer paling butuhkan, sehingga tidak semua feature harus dibangun sekaligus, karena akan membutuhkan waktu lama dan resources yang besar, tapi justru mulai dari hal yang paling penting buat customer, inilah yang disebut konsep minimum viable product. Dimana prinsip ini sejalan dengan Agile

Hal ini juga sangat bermanfaat dalam memitigasi resiko, dimana jika produk tidak diterima oleh pasar maka resources yang dihabiskan kecil, dan ada kesempatan untuk melakukan perbaikan. Jadi dibandingkan membangun satu produk yang full feature lebih baik membangun produk dengan feature utama tapi yang paling diinginkan pelanggan, kemudian kita bisa melakukan iterasi untuk menambah feature-feature baru. Berdasarkan feedback dan lesson learned dari customer.

            Konsep berikutnya adalah business model canvas. Konsep ini untuk menentukan bisnis model dari perusahaan sehingga mengetahui dengan jelas bagaimana perusahaan akan mampu bertahan hidup. Business model canvas terdiri dari Input-Proses-Output, yaitu Supplier, Value Proposition, dan Customer. Value proposition adalah value yang kita berikan ke pelanggan, sesuatu yang unik yang membuat produk kita beda dengan yang lain.  Customer mendefinisikan siapa segmen yang akan kita target. Termasuk channel yang akan digunakan untuk menjangkau customer. Sedangkan supplier atau partner adalah yang menyediakan resources dan aktivitas yang diperlukan untuk menyajikan value proposition. Sehingga kita bisa focus pada core process utama kita. 

Elemen penting dalam business model canvas adalah terkait finansial model yaitu Cost dan Revenue. Cost menunjukkan karakteristik struktur biaya baik untuk fixed cost ataupun variable cost. Sedangkan Revenue menunjukkan bagaimana perusahaan mendapatkkan sumber pendapatannya untuk hidup mulai dari penjualan produk, jasa,  sewa, langganan, lisensi, atau pendapatan iklan. Finansial model ini akan membantu untuk dalam melakukan scaling up bisnis startup.
            
Konsep penting didalam Lean startup adalah proses Build-Measure-Learn. Build disini adalah bagaimana kita bisa mengubah idea menjadi produk jadi, produk jadi ini tidak harus dengan feature yang lengkap tetapi dengan prioritas feature utama yang paling diinginkan oleh persona customer, sesuai prinsip minimum viable produk (MVP). Disini kita perlu menggunakan project management dengan metode Agile Scrum untuk memanage product developmentnya. Mulai dari concept sampai produk jadi.

            Kemudian kita harus mendapatkan data feedback dari customer bagaimana response mereka terhadap produk kita, apa yang bagus dan apa yang perlu diperbaiki. Apa yang perlu dirubah dan apa yang perlu dipertahankan. 

Kita perlu mengukur baseline data yang kita gunakan sebagai indicator utama atau yang kita kenal dengan konsep North star metric. Yaitu actionable metric yang menjadi tujuan utama dalam mengukur kinerja, supaya setiap resources selaras untuk menuju indicator yang sama. Ini adalah indicator utama dari perusahaan yang tidak boleh gagal dan harus dicapai.   Melalui pengukuran dan analisa data maka team akan mempelajari dari feedback apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki produk. Sehingga timbul idea lagi kemudian proses Build – Measure – Learn akan terus berulang. 

Konsep ini disebut continuous deployment. Siklus improvement yang tidak akan pernah berhenti dan produk yang dideploy akan terus mengalami penyempurnaan. Di dalam proses tersebut akan banyak masalah-masalah yang muncul berdasarkan feedback dari customer.  

Untuk menyelesaikan masalah tersebut  kita menggunakan konsep 5 whys analysis. Yaitu dengan cara bertanya “mengapa” sampai beberapa kali sehingga kita akan sampai pada akar masalahnya, bukan hanya menyelesaikan masalah dipermukaan saja. Sehingga nanti diputuskan perubahan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki produk.

            Metodologi Build Measure Learn ini bersifat iterative dan experimental. Sehingga setiap ide baru yang didapat langsung diuji hipotesanya dengan cara dibangun, diberikan ke pelanggan, untuk mendapatkan tanggapan dari pelanggan. Dan jika hipotesanya benar bahwa feature tersebut diterima oleh pelanggan, maka ini yang disebut dengan validated learning. Ide yang divalidasi dengan data. Melalui data kita benar-benar memvalidasi dugaan terhadap produk apakah memang feature tersebut diinginkan oleh customer dan sesuai dengan perilaku customer di segmen yang kita sasar. 

Eric Ries mengatakan bahwa “Satu-satunya cara untuk memenangkan startup adalah belajar lebih cepat dibandingkan yang lain”.
            
Selama proses continuous deployment ini kita perlu melakukan pengukuran progress, mengukur response dari customer, dan memutuskan apakah kita akan melakukan perubahan (Pivot) atau akan mempertahankan. Pivot tetap mengacu pada visi organisasi dan keputusan diambil berdasarkan 3 perspektif: Market, Product, dan Business

Konsep innovation accounting disini menyarankan bahwa penting untuk merencanakan milestone, membuat prioritas, membuat rencana, menjalankan, memantau progress, dan mengevaluasi hasil. Layaknya praktek management di industry lain.

            Kesalahan yang umum terjadi di industry startup adalah hanya berfokus pada indicator finansial revenue atau profit. Tidak seperti industry konvensional, di industry startup revenue dan profit dapat memberikan gambaran yang salah mengenai progress dan kinerja startup. Hal tersebut mungkin bagus untuk investor, tapi tidak cukup untuk foundernya. Karena indicator tersebut menunjukkan pencapaian yang bersifat jangka pendek. 

Penting untuk diingat bahwa tujuan dari startup bukan meningkatkan profit, melainkan untuk menguji apakah hipotesa business model kita memang benar. Kita perlu focus pada indicator jangka panjang yang akan membuat perusahaan tersebut sustainable atau bertahan hidup. Dengan memperhatikan bisnis model yang dibuat, maka kita bisa menentukan apa indicator yang paling penting bagi perusahaan. Karena perusahaan startup harus dikelola dengan dasar management yang benar sehingga kemungkinan bertahan hidupnya akan menjadi lebih besar.

            Revenue yang didapat dengan mengorbankan biaya marketing yang besar tidak akan bertahan lama, karena resources atau pendanaan yang dimiliki akan ada batasnya. Biaya akuisisi customer yang tinggi pada akhirnya justru akan membuat perusahaan bangkrut. Dan pada akhirnya dengan Lean management yang baik maka perusahaan akan menghasilkan produk yang benar-benar mampu menyelesaikan masalah pelanggan. Customer setia menggunakan produk tersebut karena memang memberikan real value nyata. Customer yang puas akan melakukan word of mouth sehingga merekomendasikan ke pelanggan lain. Sehingga revenue stream menjadi lancar, dan perusahaan mampu melakukan bisnis scaling up, serta mendapatkan kepercayaan dari investor dan masyarakat luas. 

Apakah anda sudah menerapkan prinsip Lean di startup anda?