Tuesday, February 27, 2018

3 Indikator Finansial Penting dalam memprioritaskan project


Dalam suatu project management kita terkadang dihadapkan pada beberapa masalah yang umum terjadi pada saat akan mengimplementasikan solusi / project yang akan dijalankan. Meskipun kita sadar betul bahwa benefit dari implementasi solusi akan sangat besar, tapi kita kesulitan dalam mengkuantifikasi apakah keuntungan yang didapatkan dari implementasi project ini akan layak untuk dijalankan dibandingkan terhadap nilai investasi yang dikeluarkan. Semakin besar biaya investasi yang dikeluarkan maka keraguan yang ditimbulkan akan semakin besar.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa analysis tools yang sangat bermanfaat, yang bisa kita gunakan untuk mempertimbangkan kelayakan suatu project. Analisa ini sering disebut sebagai Cost Benefit Analysis. Beberapa indikator analisa finansial yang cukup sering digunakan adalah: Return on Investment, Payback Period, dan Net Present Value
ROI (Return on Investment) adalah  adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut keuntungan/kerugian. Investasi uang dapat dirujuk sebagai biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal. ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan dalam satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar atau fiskal.
Untuk menghitung ROI dari suatu project maka ada dua parameter data yang harus kita miliki, yaitu: Benefit dan Cost. Benefit disini mencakup semua keuntungan yang akan dinikmati jika solusi/project tersebut dijalankan. Misalkan pada suatu project improvement kita mengetahui bahwa implementasi atas suatu solusi akan memberikan dampak kepada penghematan di material cost, labor cost, dan energy cost. Maka kita bisa menghitung berapa besar nilai penghematan tersebut dihitung dengan time frame setahun. Misalkan untuk material cost kita akan mengurangi sebesar sekian persen, dikalikan dengan kebutuhan produksi selama setahun, dan dikalikan dengan harga material. Maka kita bisa memperoleh berapa besar nilai benefit material cost yang akan didapat.
Sedangkan untuk labor cost, misalkan project akan melakukan penghematan labor sebesar sekian persen. Maka kita mempertimbangkan faktor kali dengan jumlah labor yang dibutuhkan dan biaya tenaga kerja. Hal yang sama juga berlaku untuk penghematan energy.
Dengan timeframe yang sama, maka kita juga membutuhkan data untuk investment cost yang akan dikeluarkan. Misalkan investment cost disini mencakup biaya material, biaya tenaga kerja, dsb. Maka kita akan mendapatkan total investment cost. Dengan timeframe yang sama maka kita menghitung total cost dalam setahun dengan mempertimbangkan book value / tahun depresiasi dengan asumsi sama yaitu satu tahun.
Dari angka benefit dan cost ini, maka kita bisa menghitung berapa persen ROI dari suatu investasi dengan membandingkan selisih dari benefit terhadap cost dibandingkan terhadap cost. Semakin besar nilai persen ROI nya tentu saja menunjukkan bahwa semakin layak project tersebut dijalankan.
Indikator Payback Period adalah indikator yang mudah digunakan dalam memutuskan kelayakan suatu investasi.  Payback period adalah ukuran seberapa lama suatu investasi akan menjadi breakeven dengan memperhitungkan benefit yang akan didapat. Payback period dinyatakan dalam indikator waktu seperti lama berapa bulan atau tahun. Semakin lama payback periodnya maka menunjukkan bahwa project tersebut tidak layak dijalankan. Semakin cepat payback periodnya maka menunjukkan bahwa project tersebut semakin layak dijalankan.
Prinsip penghitungan payback period sama dengan ROI yaitu menggunakan faktor benefit vs cost. Dengan mengetahui berapa besar nilai benefitnya maka kita bisa mengurangi cost yang diinvestasikan akan membutuhkan waktu berapa lama sampai mencapai titik breakeven. Misalkan: nilai investment cost adalah 100. Sedangkan benefit yang didapatkan perbulan adalah 20. Maka kita akan mendapatkan payback periodnya adalah 5 bulan. Tidak ada aturan khusus dalam menentukan kelayakannya, mengingat ini akan tergantung pada konteks dan kasusnya. Rule of thumb yang umum digunakan adalah jika payback period dibawah 12 bulan, maka project tersebut layak untuk dijalankan.
Indikator lain untuk kasus yang lebih kompleks kita bisa menggunakan NPV atau net present value. Net present value menyatakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan cost sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. NPV dihitung berdasar prinsip dari Present Value bahwa nilai rupiah sekarang bernilai lebih besar dibanding nilai rupiah dimasa depan. Misalkan kita mengetahui benefit yang akan diperoleh satu tahun dari sekarang adalah 100, maka nilai tersebut sekarang ini akan lebih kecil dengan memperhitungkan bunga dalam setahun. Sedangkan NPV sendiri dihitung berdasarkan selisih terhadap cost yang dikeluarkan. Semakin positif nilai NPV maka project tersebut semakin layak, dan sebaliknya jika negatif maka project tersebut tidak layak. NPV dihitung berdasarkan asumsi nilai bunga dari investasi.  NPV dapat dibuat dengan scenario benefit yang didapat dengan timeframe yang bervariasi, misalkan ditahun pertama akan berbeda yang akan didapat ditahun kedua dan sebagainya, sehingga NPV lebih berguna untuk kasus yang lebih kompleks.

No comments:

Post a Comment