Dalam suatu project management kita terkadang
dihadapkan pada beberapa masalah yang umum terjadi pada saat akan mengimplementasikan
solusi / project yang akan dijalankan. Meskipun kita sadar betul bahwa benefit
dari implementasi solusi akan sangat besar, tapi kita kesulitan dalam
mengkuantifikasi apakah keuntungan yang didapatkan dari implementasi project
ini akan layak untuk dijalankan dibandingkan terhadap nilai investasi yang
dikeluarkan. Semakin besar biaya investasi yang dikeluarkan maka keraguan yang
ditimbulkan akan semakin besar.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa analysis
tools yang sangat bermanfaat, yang bisa kita gunakan untuk mempertimbangkan
kelayakan suatu project. Analisa ini sering disebut sebagai Cost Benefit
Analysis. Beberapa indikator analisa finansial yang cukup sering digunakan
adalah: Return on Investment, Payback Period, dan Net Present Value
ROI (Return on Investment) adalah adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang
pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah
uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut keuntungan/kerugian.
Investasi uang dapat dirujuk sebagai biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal. ROI tidak memberikan
indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan
dalam satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu
tahun kalendar atau fiskal.
Untuk menghitung ROI dari suatu project maka
ada dua parameter data yang harus kita miliki, yaitu: Benefit dan Cost. Benefit
disini mencakup semua keuntungan yang akan dinikmati jika solusi/project
tersebut dijalankan. Misalkan pada suatu project improvement kita mengetahui
bahwa implementasi atas suatu solusi akan memberikan dampak kepada penghematan
di material cost, labor cost, dan energy cost. Maka kita bisa menghitung berapa
besar nilai penghematan tersebut dihitung dengan time frame setahun. Misalkan
untuk material cost kita akan mengurangi sebesar sekian persen, dikalikan
dengan kebutuhan produksi selama setahun, dan dikalikan dengan harga material.
Maka kita bisa memperoleh berapa besar nilai benefit material cost yang akan
didapat.
Sedangkan untuk labor cost, misalkan project
akan melakukan penghematan labor sebesar sekian persen. Maka kita
mempertimbangkan faktor kali dengan jumlah labor yang dibutuhkan dan biaya
tenaga kerja. Hal yang sama juga berlaku untuk penghematan energy.
Dengan timeframe yang sama, maka kita juga
membutuhkan data untuk investment cost yang akan dikeluarkan. Misalkan
investment cost disini mencakup biaya material, biaya tenaga kerja, dsb. Maka
kita akan mendapatkan total investment cost. Dengan timeframe yang sama maka
kita menghitung total cost dalam setahun dengan mempertimbangkan book value /
tahun depresiasi dengan asumsi sama yaitu satu tahun.
Dari angka benefit dan cost ini, maka kita
bisa menghitung berapa persen ROI dari suatu investasi dengan membandingkan
selisih dari benefit terhadap cost dibandingkan terhadap cost. Semakin besar
nilai persen ROI nya tentu saja menunjukkan bahwa semakin layak project
tersebut dijalankan.
Indikator Payback Period adalah indikator yang
mudah digunakan dalam memutuskan kelayakan suatu investasi. Payback period adalah ukuran seberapa lama
suatu investasi akan menjadi breakeven dengan memperhitungkan benefit yang akan
didapat. Payback period dinyatakan dalam indikator waktu seperti lama berapa
bulan atau tahun. Semakin lama payback periodnya maka menunjukkan bahwa project
tersebut tidak layak dijalankan. Semakin cepat payback periodnya maka
menunjukkan bahwa project tersebut semakin layak dijalankan.
Prinsip penghitungan payback period sama
dengan ROI yaitu menggunakan faktor benefit vs cost. Dengan mengetahui berapa
besar nilai benefitnya maka kita bisa mengurangi cost yang diinvestasikan akan
membutuhkan waktu berapa lama sampai mencapai titik breakeven. Misalkan: nilai
investment cost adalah 100. Sedangkan benefit yang didapatkan perbulan adalah
20. Maka kita akan mendapatkan payback periodnya adalah 5 bulan. Tidak ada
aturan khusus dalam menentukan kelayakannya, mengingat ini akan tergantung pada
konteks dan kasusnya. Rule of thumb yang umum digunakan adalah jika payback
period dibawah 12 bulan, maka project tersebut layak untuk dijalankan.
Indikator lain untuk kasus yang lebih kompleks
kita bisa menggunakan NPV atau net present value. Net present value menyatakan selisih
antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan cost sebagai
diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada
masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV
diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi dan pemeliharaan serta
perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. NPV dihitung berdasar prinsip
dari Present Value bahwa nilai rupiah sekarang bernilai lebih besar dibanding
nilai rupiah dimasa depan. Misalkan kita mengetahui benefit yang akan diperoleh
satu tahun dari sekarang adalah 100, maka nilai tersebut sekarang ini akan
lebih kecil dengan memperhitungkan bunga dalam setahun. Sedangkan NPV sendiri
dihitung berdasarkan selisih terhadap cost yang dikeluarkan. Semakin positif
nilai NPV maka project tersebut semakin layak, dan sebaliknya jika negatif maka
project tersebut tidak layak. NPV dihitung berdasarkan asumsi nilai bunga dari
investasi. NPV dapat dibuat dengan
scenario benefit yang didapat dengan timeframe yang bervariasi, misalkan ditahun
pertama akan berbeda yang akan didapat ditahun kedua dan sebagainya, sehingga
NPV lebih berguna untuk kasus yang lebih kompleks.
No comments:
Post a Comment